SEJARAH : Bagaimana Penyebab Tenggelamnya Kapal RMS Titanic (1912)



Abstrak

Siapa yang tidak mengenal kapal Titanic adalah kapal terbesar sepanjang sejarah di abad ke-20 yang saat itu hendak berlayar dari Southampton ke New York. Pemilik perusahaan White Star Line dan Thomas Andrew sebagai arsitek kapal mewah nan megah ini merancang kapal pesiar yang dapat menampung 2435 total keseluruhan beserta ratusan awak penumpang didalamnya. Siapa yang tidak tau film Titanic yang dikisahkan sebagai kisah romantic Jack dan Rose. Namun naas bagaimana kapal yang megah ini bisa tenggelam di tengah laut Atlantik berikut pembahasan teori-teori yang didapatkan dari sumber berbeda tentang “Bagaimaan Tenggelamnya Kapal Megah Titanic”

 

Sejarah

Kapal Titanic diceritakan mengalami kebakaran sesaat sebelum tenggelam. Hal ini mirip seperti yang dikisahkan dalam film Titanic bahwa kapal itu rusak setelah api batu bara melahap kapal itu. Kerusakan tersebut berdampak pada lambung kapal, sehingga mempercepat tenggelamnya kapal saat bertabrakan dengan gunung es.



Tenggelamnya RMS Titanic terjadi pada dini hari tanggal 15 April 1912 di Samudra Atlantik Utara, empat hari setelah pelayaran perdananya dari Southampton menuju New York CityTitanic merupakan kapal samudra terbesar yang beroperasi pada masa itu, yang mengangkut kurang lebih 2.224 penumpang ketika menabrak gunung es kira-kira pukul 23.40 (waktu kapal)[a] pada hari Minggu, 14 April 1912. Kapal tersebut tenggelam dua jam empat puluh menit kemudian pada pukul 02.20 waktu kapal (05:18 GMT) hari Senin, 15 April, mengakibatkan lebih dari 1.500 penumpang dan awak tewas, menjadikannya salah satu bencana maritim masa damai paling mematikan dalam sejarah.

Titanic menerima enam peringatan bahaya es laut pada tanggal 14 April, tetapi sedang melaju dengan kecepatan 22 knot (41 km/h) ketika pengintai melihat keberadaan gunung es. Kapal tidak bisa berbelok dengan cukup cepat dan menabrak gunung es, yang melekukkan sisi kanan kapal dan melubangi enam dari enam belas kompartemennya. Titanic dirancang untuk tetap mengapung jika empat kompartemennya bocor, dan para awak segera menyadari bahwa kapal akan tenggelam. Mereka menggunakan suar mara bahaya dan pesan radio nirkabel untuk meminta bantuan selagi penumpang diungsikan ke sekoci.

 

Latar Belakang

Ketika mulai beroperasi pada tanggal 2 April 1912, Titanic merupakan kapal kedua dari tiga kapal samudra kelas Olympic, dan menjadi kapal termegah di dunia pada masa itu. Volume Titanic dan RMS Olympic satu setengah tonase bruto terdaftar lebih besar dari RMS Lusitania dan RMS Mauretania, kapal samudra milik Cunard Line pemegang rekor sebelumnya, dan kira-kira 30 meter lebih panjang dari kedua kapal tersebut. Titanic mampu mengangkut 3.547 penumpang dengan cepat dan nyaman, serta dibangun dalam skala yang belum pernah diperhitungkan sebelumnya. Motor bakar torak yang dimiliki Titanic merupakan mesin kapal terbesar yang pernah diciptakan, berukuran sepanjang 40 kaki (12 m) dengan diameter tabung 9 kaki (2,7 m), yang membutuhkan pembakaran 600 ton panjang (610 t) batu bara per hari.

Titanic dinakhodai oleh Kapten Edward Smith yang berusia 62 tahun, kapten paling senior di White Star Line. Smith memiliki pengalaman berlayar selama empat dekade dan menjabat sebagai kapten RMS Olympic sebelum dipindahkan ke Titanic. Sebagian besar awak yang bertugas bukanlah pelaut terlatih, melainkan teknisi, pemadam kebakaran atau juru api yang bertugas memelihara mesin, serta awak kabin dan staf dapur yang bertugas melayani penumpang. Terdapat enam petugas pengintai dan 39 kelasi terampil, atau hanya lima persen dari keseluruhan awak kapal. Sebagian besar awak direkrut di Southampton, sehingga tidak punya cukup waktu untuk membiasakan diri dengan kapal.

Kebakaran telah terjadi di salah satu tempat penyimpanan batu bara Titanic kira-kira 10 hari sebelum kapal berangkat. Api terus menyala selama beberapa hari ketika kapal berlayar, dan akhirnya padam pada tanggal 14 April. Kondisi cuaca membaik secara signifikan sepanjang hari. Angin kencang dan laut bergejolak pada pagi hari berubah menjadi cerah dan tenang pada malam hari karena rute kapal melewati wilayah bertekanan tinggi Arktik. Kondisi es saat itu dipengaruhi oleh musim dingin ringan yang mengakibatkan sekumpulan besar gunung es bergeser ke arah barat lepas pantai Greenland.

 

Tabrakan



Menjelang Titanic menabrak gunung es, sebagian besar penumpang sudah terlelap, dan komando anjungan telah beralih dari Opsir Kedua Charles Lightoller ke Opsir Pertama William Murdoch. Petugas pengintai Frederick Fleet dan Reginald Lee berada di menara intai setinggi 29 meter (95 ft) dari geladak atas. Suhu udara turun nyaris mendekati titik beku, dan lautan teramat tenang. Kolonel Archibald Gracie, salah seorang penyintas musibah ini, kelak mengungkapkan bahwa "laut seperti kaca, begitu halus sehingga bintang-bintang terpantul dengan jelas."] Kemudian diketahui bahwa kondisi air laut yang tenang sebagaimana saat itu adalah pertanda adanya hanyutan es di sekitarnya.

Meskipun udara cerah, tidak ada penampakan bulan. Dengan kondisi laut yang begitu tenang, sulit untuk mengamati posisi gunung es terdekat; seandainya laut lebih bergelora, niscaya ombak yang menghantam gunung es akan membuat keberadaannya lebih terlihat. Akibat ketergesaan di Southampton, pengintai tidak memiliki teropong, meskipun teropong juga tidak begitu berguna dalam kegelapan total, yang hanya disinari cahaya bintang dan lampu kapal. Petugas pengintai tetap mewaspadai bahaya es, karena Lightoller telah memerintahkan mereka dan awak lainnya agar "terus mengawasi es, terutama es kecil dan bongkahan es".

Ada dua teori utama mengenai bagaimana Titanic terbelah dua, yakni teori "top-down" dan teori Mengot, yang dinamai berdasarkan pencetusnya, Roy Mengot.  Teori top-down lebih populer, menyatakan bahwa terbelahnya kapal berpusat pada struktur terlemah pada kapal di pintu masuk ruang ketel pertama dan bermula di geladak atas kemudian merambat ke lunas. Kapal sepenuhnya terbelah sampai ke dasarnya, hanya dihubungkan oleh lunas antara haluan dan buritan. Setelah itu, haluan menyeret buritan ke bawah air sampai terputus dari lunas dan kedua bagian kapal akhirnya terpisah. Teori Mengot berpendapat bahwa kapal terbelah akibat kekuatan kompresi, bukan akibat tegangan fraktur, yang mengakibatkan kapal terbelah dari bawah ke atas. Menurut teori ini, dasar kapal patah terlebih dahulu dan kemudian meluas ke geladak bawah sampai atas. Kapal ditautkan oleh Dek B, yang terdiri dari 6 pelat ganda besar yang berfungsi sebagai penyangga dan mencegah retakan meluas. Ketika isi lambung kapal tumpah keluar, Dek B hancur, mengakibatkan menara belakang dan menara depan tercabut dari buritan saat haluan terpisah dan tenggelam.

Ketika tenggelam, haluan dan buritan kapal hanya perlu waktu kira-kira 5–6 menit untuk meluncur ke dasar lautan sedalam 3.795 meter (12.451 ft), menumpahkan mesin-mesin berat, berton-ton batu bara, dan sejumlah besar puing-puing interior Titanic.

Bagian buritan meluncur ke dasar laut dengan sudut hampir vertikal, kemungkinan sempat berputar saat turun. Tangki-tangki dan koferdam kosong meledak saat buritan meluncur, merobek struktur dan melipat tulang baja geladak kimbul. Buritan menghantam dasar laut dengan kekuatan dahsyat sehingga terbenam di kedalaman kira-kira 15 meter.

Beberapa teori tentang mengapa Titanic tenggelam:

1.     Ketidakpatuhan terhadap Peringatan Es: Ketika Titanic berlayar, para peramal cuaca dan kapal lain telah memberi peringatan tentang adanya gunung es di jalur pelayaran. Namun, Titanic tidak memperlambat kecepatannya atau mengambil langkah-langkah pencegahan yang cukup.

2.     Desain dan Material Kapal: Titanic dirancang dengan beberapa kekurangan desain yang membuatnya rentan terhadap kerusakan akibat tabrakan dengan gunung es. Misalnya, ketebalan dinding kapal tidak cukup untuk menahan tekanan dari benturan dengan gunung es.

3.     Kecepatan: Titanic sedang berlayar dengan kecepatan tinggi malam itu. Ini dikatakan oleh beberapa pakar telah membuat reaksi tabrakan lebih parah daripada jika kapal berlayar dengan kecepatan yang lebih lambat.

4.     Pembagian Sekat: Sekat-sekat dalam kapal tidak menjangkau hingga ke dek atas, yang berarti air bisa meluap dari satu ruangan ke ruangan lainnya setelah kerusakan terjadi.

5.     Keterbatasan Sekoci: Meskipun Titanic dilengkapi dengan sejumlah sekoci penyelamat, jumlahnya tidak mencukupi untuk menampung semua penumpang dan awak kapal. Selain itu, sekoci-sekoci itu tidak diisi hingga kapasitas penuh.

6.     Kerusakan Struktural: Ketika Titanic menabrak gunung es, terjadi kerusakan struktural yang cukup serius. Beberapa teori menunjukkan bahwa retakan di dinding kapal melebihi perkiraan semula dan menyebabkan banjir yang tidak terkendali.

7.     Respons Terhadap Kebakaran di Ruang Mesin: Beberapa teori baru-baru ini telah mencoba mengaitkan keberhasilan Titanic dengan kebakaran di ruang mesin yang terjadi sebelum kapal berangkat. Kebakaran ini diklaim melemahkan struktur kapal dan membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan akibat tabrakan.

 

Penyelidikan Tenggelamnya Kapal

Penyelidikan AS dimulai pada tanggal 19 April, dipimpin oleh Senator William Alden Smith, sedangkan penyelidikan Britania Raya dikepalai oleh Lord Mersey, yang dimulai di London pada tanggal 2 Mei 1912. Kedua penyelidikan ini menghasilkan temuan yang hampir sama: peraturan mengenai jumlah sekoci yang harus diangkut oleh kapal sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi, Kapten Smith tidak mengindahkan peringatan gunung es, sekoci tidak dimuat atau diawaki dengan benar, dan tabrakan terjadi karena kapal melaju ke kawasan berbahaya dengan kecepatan yang terlalu tinggi. Kedua penyelidikan tersebut juga mengecam Kapten Stanley Lord dari Californian karena gagal memberikan bantuan kepada Titanic.

Penyelidikan tidak menemukan adanya kelalaian yang dilakukan oleh perusahaan induk, International Mercantile Marine Co., atau White Star Line (pemilik Titanic). Hasil temuan penyelidikan AS menyimpulkan bahwa orang-orang di kapal sudah mengikuti praktik standar sesuai prosedur, dan dengan demikian musibah tersebut digolongkan sebagai "murka Tuhan". Penyelidikan Britania menyimpulkan bahwa Smith telah melakukan praktik tersebut dalam waktu yang lama dan sebelumnya aman-aman saja, menegaskan bahwa kapal-kapal Britania telah mengangkut 3,5 juta penumpang dalam satu dekade terakhir dan hanya 73 korban tewas. Penyelidikan ini juga menyimpulkan Smith "hanya melakukan apa yang akan dilakukan oleh orang terampil lainnya jika berada di posisi yang sama", dan memperingatkan bahwa "apa yang saat ini dianggap sebagai kesalahan dalam kasus Titanic akan dianggap sebagai kelalaian dalam kasus serupa pada masa mendatang".

Musibah tersebut menimbulkan perubahan besar dalam peraturan maritim. Langkah-langkah keselamatan baru ditetapkan, misalnya memastikan lebih banyak sekoci yang disediakan, latihan sekoci dilakukan dengan saksama, dan peralatan radio di kapal penumpang harus diawasi sepanjang waktu.] Operator radio wajib memprioritaskan pesan darurat dan bahaya daripada pesan pribadi dan menggunakan kode Q untuk meminimalkan permasalahan bahasa. Stasiun pantai jaringan nirkabel internasional Marconi milik Britania dan Telefunken milik Jerman diminta untuk menangani semua panggilan radio, termasuk panggilan yang berasal dari jaringan lain. Patroli Es Internasional didirikan untuk memantau keberadaan gunung es di Atlantik Utara, dan peraturan keselamatan maritim diselaraskan secara internasional melalui Konvensi Internasional untuk Keselamatan Penumpang di Laut (SOLAS).

 

Kesimpulan : teori-teori ini menyediakan pandangan yang berbeda tentang apa yang menyebabkan tenggelamnya Titanic, kebanyakan sepakat bahwa sejumlah faktor, baik yang berkaitan dengan desain kapal, keputusan pelayaran, maupun tindakan responsif selama kecelakaan, berperan dalam bencana tragis ini. SEJARAH Titanic adalah pengingat tragis pentingnya perhatian terhadap keselamatan, perlunya kesiapan untuk menghadapi situasi darurat, dan perlunya pengembangan teknologi dan protokol yang lebih baik untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Kehilangan nyawa yang besar dalam bencana tersebut juga telah memberikan dorongan untuk peningkatan regulasi keselamatan kapal laut dan peningkatan kesadaran akan risiko yang terlibat dalam perjalanan laut.

 

DAFTAR PUSTAKA :

Foecke, Tim (26 September 2008). "What really sank the Titanic?". Materials Today. Elsevier. 11 (10): 48. doi:10.1016/s1369-7021(08)70224-4 alt=Dapat diakses gratis. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Agustus 2020. Diakses tanggal 4 March 2012.

Howells, Richard Parton (1999). The Myth of the Titanic. New York:

"Report on the Loss of the "Titanic." (s.s.)". British Wreck Commissioner's Inquiry, Final Report (Watertight Compartments). 30 Juli 1912. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Januari 2014. Diakses tanggal 14 April 2012.

 

Refrigerator, Mister, "R.M.S. Titanic," http://www.scv.net/~fridge/index.htm (May 1998).

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menggambar Sebagai Sarana Komunikasi serta bagaimana cara menggambar yang efektif

Menemukan JATI DIRI dalam kajian seni rupa dan desain